Dua
tahun sudah sejak awal pertemuan Alea dengan laki-laki yang selalu ada untuknya
itu, Alea dan Rega menjalani hubungan yang rumit. Sesunggunya saat itu Alea
tidak berharap dapat mengenal Rega, karena saat itu Alea sedang dalam masa
sulit ketika mengetahui orang tuanya ingin bercerai, dunianya terasa runtuh,
bumi terasa berhenti berputar hinggak beberapa bulan ia masih merasa dunai
tidak adil untuknya. Alea pun memutuskan untuk tinggakl sendiri di apartemennya
daripada harus memilih tinggakl bersama salah satu dari orang tuanya.
Terlepas dari hidupnya yang sendu,
sebenarnya Alea masih memiliki support
system yang menyayangi dia yaitu 2 sahabatnya, Kenzo dan Elvina, dan berkat
mereka juga lah Alea mengenal Rega. Malam itu ia ditelepon oleh Elvina untuk
menemaninya menghadiri sebuah acara pesta kerabat orang tua Elvina.
“Ayolah
Al, sebentar aja janji. Abis itu gue anter lo pulang.”
“Vin, lo kan tahu gue nggak suka acara kaya gitu.
Lagian kan ada Kenzo, raja dangdut yang demen pesta.”
“Please Al, lo tega gue bakal
dipermalukan Kenzo sendirian dengan tingkahnya kalau-kalau dia mabuk di sana?
Lo tahu kan di sana isinya orang penting semua. Mau digantung kaya apa gue sama
nyokap bokap kalo tahu gue mempermalukan meraka?”
Alea
membayangkan apa yang akan terjadi bila omongan sahabatnya itu benar-benar
terjadi membuatnya meringis dan terkikik sekaligus.
“Kok
lo malah ketawa sih Al! Mau ya temenin gue?”
“Ya,
oke. Janji cuma sebentar.”
“Yes! I promise! Eh tapi kalau ada
halangan nggak apa-apa ya lama dikit.” Alea mengerlingan matanya yang sudah
pasti tidak dapat dilihat sahabatnya.
“You wish!” Balas Alea yang disambung
oleh tawa Vina. Alea tahu betul apa halangan yang dimaksud Vina, apalagi kalau
bukan laki-laki tampan yang selalu masuk perangkap Vina dan sudah pasti
hubungannya tidak akan berlangsung lama.
Dua
setengah jam berikutnya Alea sudah berada di dalam ballroom yang dipenuhi orang-orang berpengaruh se-Indonesia dan
dihias sedemikian cantiknya untuk malam ini. Alea pun tidak kalah cantik, ia
menggunakan little black dress yang
dipadukan oleh heels dengan tinggi
berbelas-belas sentimeter yang membuat tubuhnya semakin terlihat semampai,
rambut yang dibuat bun asal namun
tetap rapi dan pulasan make up malam
yang terlihat sederhana namun tetap memberi kesan glamour.
“Nih
buat lo dan lo.” Vina yang datang dengan membawa minuman itupun tidak kalah
cantiknya oleh Alea.
“Thanks. But you know i’m not drink alcohol
anymore, right?”
“Yup, I know. Just for tonight, enjoy it.
Would you?”
“Al
please deh nggak usah sok tua gitu
deh, lagian besok juga libur. Lo mau ngapain lagi sih emang selain hangover?” Samber Kenzo dengan gayanya
yang super stylish dan nyentrik itu sambil
menyeruput minuman yang diberikan oleh Vina. Ya sebenarnya Alea bukan wanita
yang terlalu saint hinggak tidak lagi
minum minuman beralkohol, hanya saja ia sedang mengurangi dan hanya minum pada
waktu-waktu tertentu.
“Sorry, Vina is that you?” Seketika mereka bertiga berhenti bercakap-cakap dan
menengok ke arah suara berat dari laki-laki yang menghampiri mereka.
“Oh my God! Evan!” Kehadiran laki-laki itupun
disambut hangan oleh Vina, yang ditebak Alea sebagai salah satu teman Vina.
Alea dan Kenzo hanya tersenyum canggung merasa berada di tengah-tengah reuni
orang lain.
“Oops sorry gue sampe lupa ngenalin. Alea,
Kenzo ini Evan, Evan ini Alea dan Kenzo.” Alea pun menyambut jabat tangan Evan
dengan tersenyum dan memperkenalkan diri. Betul tebakan Alea, Evan adalah teman
semasa kuliah Vina saat mereka berkuliah di Australia.
“Oh
ya gue juga lupa ngenalin teman gue, kebetulan gue dateng ke sini nggak sendiri.
Sebentar gue cari orangnya.” Evan celinnggak-celinguk mencari teman yang
menemaninya datang ke sini, hinggak Evan melambaikan tangan ke sosok yang
menghampiri mereka. Laki-laki bertubuh atletis, bermata coklat, dan memiliki
senyum yang manis.
“Nah
ini teman gue, Rega kenalin ini Vina dan Alea.” Alea, Kenzo dan Vina pun
menyambut jabatan tangan Rega dan disusul dengan percakapan hangat mereka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10, hinggak Alea memutuskan untuk pamit.
“Vin,
gue balik duluan ya. Is it okay?”
Tanya Alea ketika Evan dan Rega sedang berbincang tanpa Alea dan Vina.
“Eh
kok gitu? Balik sendiri? Tunggu gue bentar lagi deh. Atahu balik sama Kenzo.”
“Idih
masa seorang Kenzo jam segini udah balik, nggak seru ah!” Cerocos Kenzo yang
tidak terima karena disuruh menemani Alea pulang.
“Iya
Ken gue paham! Udah sana lanjut mabuk, biar bisa bikin Vina malu!” Balas Alea
yang disambut pelototan Vina takut-takut Kenzo benar-benar membuatnya malu.
Alea hanya terkekeh melihat muka panik Vina dan Kenzo tidak peduli dan tetap
melanjutkan malamnya.
“Lagian
ini ada Evan masa mau lo tinggakl? Lo udah lama kan nggak ketemu dia. Udah nggak
apa-apa gue naik taksi aja.” Jelas Alea sekali lagi untuk izin pulang.
“Siapa
yang mau naik taksi?” Ternyata Evan dan Rega sudah memperhatikan mereka sejak
tadi.
“Ini
Van, Alea mau balik duluan.” Vina menjelaskan sambil membuat muka bete ke arah
Alea.
“Iya
gue balik duluan nggak apa-apa ya, see
you.” Baru saja Alea ingin melangkahkan kakinya ke arah sign bertuliskan exit ketika seseorang memanggilnya.
“Al
tunggu! Gue juga mau balik, gimana kalau gue anter aja? Lagian udah malam juga,
yuk?” Rega mengusulkan ide yang disetujui oleh Kenzo, Vina dan Evan secara
bersamaan.
“Aduh
gue jadi ngerepotin gini ya Ga? Lo bakal malam banget pasti sampe rumah kalo
jam segini aja masih macet kaya gini.” Alea memecah keheningan ketika mobil
Rega berhenti sejajar dengan mobil-mobil lain yang terkena macet.
“Santai
aja Al, kalau lo mau tidur juga nggak apa-apa. Nanti gue bangunin kalau sudah
sampai.” Rega mengusulkan ide yang sangat ingin ia setujui karena kepalanya
mulai berat, ia rasa karena alcohol tadi. Rega pun mengambil hp nya untuk
memasukkan alamat apartemen Alea pada aplikasi penunjuk arah.
“Nggak
usah pake maps Ga, gue nggak tidur
kok.” Walau sebenarnya ia menahan kantuk setengah mati, apalagi jalanan masih
belum bersahabat. Menit-menit selanjutnya dihabiskan mereka mengobrol mengenai
apapun. Alea bercerita tentang pekerjaannya, kantornya, betapa konyol
teman-temannya yang kadang disambut tawa oleh Rega. Alea tidak mengira
mengobrol dengan orang baru bisa senyaman ini, dan ia merasa senang ketika
mendengar Rega tertawa karena ceritanya.
Sejak
saat itulah Alea dan Rega menjadi seperti sepasang kekasih, iya seperti. Karena
sebenarnya mereka pun tidak tahu hubungan mereka disebut apa. Rega tidak pernah
meminta Alea menjadi kekasinya, begitupun Alea yang hanya menginginkan hubungan
seperti ini karena trauma yang Alea miliki. Ia pun telah menceritakan trauma
yang ia miliki kepada Rega, ntah karena Rega tahu akan hal ini atahu bukan sehinggak
ia tidak meminta Alea sebagai kekasihnya.
0 comments:
Post a Comment