Wednesday, April 19, 2017

BERTEMU LAGI [END]


2 minggu kemudian
Kayana
            Akhirnya bisa ke sini cuma untuk nikmatin kopi dan suasana. Kayana kembali ke café kesukaannya, tempat yang 2 minggu lalu ia singgahi untuk menyelesaikan kerjaannya yang sudah deadline. “Mas!” Panggil Kayana ke salah satu pramusaji.
            “Mau pesen apa Mba Kayana?” Tanya pramusaji, ramah.
            “Seperti biasa aja mas, latte macchiato.”
            “Baik mba. Ohiya ada titipan buat mba Kayana. Saya ambilkan dulu ya.” Lanjut pramusaji yang membuat Kayana bingung, karena seingatnya semua teman – temannya tahu alamat rumahnya atau at least punya contactnya untuk menghubungi menanyakan alamat rumah bila ingin mengirimkan sesuatu.
            “Ini mba titipannya.” Pramusaji itupun kembali dengan memberikan sebuah amplop coklat, polos tanpa informasi pengirim  yang tertempel.
            “Dari siapa ya mas?” Tanya Kayana bingung.
            “Wah saya kurang tahu mba, lupa juga nanyain namanya. Maaf ya mba. Saya juga lupa ciri – ciri jelasnya karena udah semingguan juga titipannya mba, yang jelas dia laki – laki hehe.”
            “Ooh gitu yaudah ngga apa – apa, makasih ya.”
            “Iya mba, sama – sama.” Setelah pramusaji meninggalkan mejanya, Kayana mulai membuka amplop coklat tersebut karena sangat penasaran apa isinya. Siapa yang mau mengirimkan sesuatu buatnya hingga dititipkan di café ini pikir Kayana sambil mengambil sesuatu di dalam amplop tersebut.
            Foto dirinya dan surat.
            Kayana tertegun melihat foto dirinya, 2 minggu yang lalu sedang membaca di salah satu meja café ini. Di belakang fotonya tertulis:
            “alone, by herself
 drown in her book
and set me free.”
Laki – laki itu yang telah mengiriminya amplop coklat ini. Laki – laki yang 2 minggu lalu duduk terpisah 2 meja di depan meja Kayana. Laki – laki yang memperhatikannya, laki – laki yang tidak bisa melupakan senyum Kayana.
Kayana tersenyum melihat foto dan tulisan itu. Ia pun beralih dan membaca suratnya.
“Hei, sebelumnya aku mau minta maaf karena sudah ngga sopan mengambil foto kamu tanpa seizin dari kamu. Hari itu aku sebenarnya sedang mengalami ya bisa dibilang idea block. Aku buntu, ngga tau mau motret apa, ngga dapet angle yang pas untuk memotret, dan ngga tau mau gambar apa. Tapi saat aku masuk ke café ini dan lihat kamu sedang membaca dan rasanya kamu seperti berada di dunia kamu sendiri. Aku merasa harus mengabadikannya. Aku ngga tahu kenapa, aku cuma tau aku melakukannya.
Dan saat itu idea block ku pun perlahan hilang, ntah ke mana. Aku membuat sketch dari foto kamu dan setelah itu somehow semua sudut di café ini bisa aku jadikan objek fotoku. Ooh ya satu lagi, aku udah hapus foto kamu dari kameraku jadi kamu ngga perlu khawatir fotomu aku salah gunakan. Hanya tersisa 1 foto yang sudah aku cetak dan sketch yang akan aku pamerkan di pameran, semoga kamu ngga keberatan. Kalo kamu mau lihat pamerannya, lokasinya di Jl Senopati No 116. Jumat, 24 Februari pukul 4 sore.
Aku ngga tau  kamu baca surat ini sebelum tanggal 24 atau sesudahnya, aku berharap kita bisa bertemu lagi di tanggal 24 ataupun bukan. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih karena sudah menjadi inspirasi.

Salam,
Agam.”
            Kayana tersenyum, terharu. Rasa – rasanya ia tidak pernah menjadi inspirasi seseorang dan tanpa ia sadari hanya duduk dan membaca  dapat menjadikan dirinya sebagai inspirasi orang lain.
Ya, semoga kita bertemu lagi. Doa Kayana dalam hati. Hp nya bergetar membuyarkan kekaguman yang sedang ia rasakan, sms masuk. Dan ia pun dibuat terpaku, bukan karena sms yang masuk namun saat melihat tanggal di hpnya. Ia tersenyum dan meningalkan café, pergi ke tujuannya yang baru.
Jumat, 24 Februari 2017.
16.00

Agam
            Pukul 16.30 sudah, studio yang setahun lalu resmi menjadi milik Agam dan kawan – kawannya terasa ramai dan hangat. Studio ini memang biasa mengadakan pameran, minimal 1 kali dalam setahun. Semua yang ingin memamerkan karyanya boleh ikut mendaftar. Kawan – kawan Agam pun setuju, jadi sejak setahun lalu studio ini semakin ramai.
            Tapi di dalam keramaian itu Agam masih mencari – cari seseorang, masih berharap seseorang itu datang. Masih berdoa ia akan bertemu wanita itu lagi.
            “Ngapain lo ngeliatin ke luar mulu?” Adrian, salah satu teman Agam membuyarkan lamunannya, dan saat itu sebuah taksi berhenti di depan studionya. Seorang wanita yang ia harapkan, turun dari taksi dan menuju pintu masuk studionya. Agam terlonjak dan buru – buru merapihkan penampilannya dan menuju pintu masuk.
            “Woi Gam! Ngga jawab pertanyaan gue main lari aja lo!”
            “Sst! Berisik!” Seru Agam sambil berlari kecil ke arah pintu. Waktu yang ditunggu – tunggu ia pun akhirnya datang. Wanita itu lagi, yang senyumnya masih ia ingat. Mereka pun bertatapan, Agam merasa tiba – tiba suhu di sekitarnya lebih hangat dari sebelumnya.
            “Hai, kamu Agam?” Tanya wanita itu dengan senyumnya yang ramah. Senyum yang tiba – tiba membuat suara Agam tidak mau keluar.
            “Sorry aku salah orang ya?” Tanya wanita itu lagi, merasa pertanyaan sebelumnya tidak dijawab pikir ia salah orang.
            “Ooh ngga kok! Aku Agam.” Balas Agam, sambil tersenyum dan mengajak untuk berjabat tangan.
            “Hei! Aku Kayana.” Ya wanita itu adalah Kayana. Kayana pun membalas jabatan tangan Agam. “Aku mau bilang makasih buat titipan ini.” Sambung Kayana.
            “Kamu ngga perlu bilang makasih, justru aku yang harusnya minta maaf ke kamu. Anggep aja itu sebagai permintaan maaf aku.” Jawab Agam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Akhirnya kita bertemu lagi.

2 minggu sebelumnya
Agam
            Gimana caranya gue kirim amplop ini kalau gue ngga tau alamatnya? Jangankan alamatnya, namanya aja gue ngga tau. Gerutu Agam sambil melihat amplop coklat yang ia pegang sedari tadi. Agam ingin sekali mengirimkan amplop ini ke wanita yang ia foto dan sketch seminggu yang lalu. Agam merasa bersalah karena telah memotret wanita itu tanpa izin darinya.
            “Dri, gue ke luar bentar ya. Cari angin.” Izinnya kepada Adrian, salah satu kawan dekatnya. Agam pun membawa mobilnya melaju di sore hari kota Jakarta. Menyusuri jalanan kota Jakarta, tanpa tujuan dan masih memikirkan bagaimana caranya mengirimkan amplop ini kepada wanita itu. Rokok pun dinyalakannya saat mobilnya berhenti terjebak macet. Sekali dua kali tarikan dan hembusan asap rokok ia ulangi dan tetap masih memikirkan bagaimana caranya. Hingga tidak sengaja ia menatap keluar jendela dan melihat café yang seminggu lalu ia singgahi, tempat yang sama ia bertemu wanita itu.
            Agam dengan semangat mengambil jalur kiri dan memarkirkan mobilnya di depan café  itu. Ia mengingat – ingat pramusaji yang dirasa cukup kenal dengan wanita itu. Ia menyisir setiap sudut café untuk mencari pramusaji itu. Tak lama ia melihat pramusaji itu sedang membersihkan meja di sudut café.
            “Mas, sorry ganggu ngga ya?” Agam menghampiri pramusaji itu dan menyapanya.
            “Ooh ngga mas, ada yang perlu dibantu?” Jawab pramusaji dengan ramah.
            “Iya sebenernya saya perlu bantuan, saya cuma mau titip amplop ini buat perempuan yang seminggu lalu duduk di meja sana mas.” Tunjuk Agam ke meja yang seminggu lalu ditempati wanita itu.
            “Aduh mas pengunjung di sini banyak dari seminggu yang lalu, saya ngga ingat.” Pramusaji kebingungan dengan permintaan Agam yang memang tidak masuk di akal.
            “Bentar mas, ini saya ada fotonya.” Agam tidak putus asa dan masih berusaha. Ia menyodorkan foto wanita itu ke pramusaji, berharap pramusaji mengenalnya.
            “Ooh mba yang ini, ya boleh titipkan aja sama saya. Nanti saya sampaikan kalo mbanya datang ke sini lagi.” Senyum pramusaji sambil menerima amplop dari Agam.
            “Bener mas? Terimakasih banyak ya mas.” Senyum sumringah Agam tersimpul sambil dijabatnya tangan pramusaji erat – erat.
            “Iya sama – sama mas, yasudah saya balik kerja lagi ya mas. Permisi”

          Selesai urusannya dengan amplop itu. Setidaknya ia masih punya harapan, walau terhitung kecil. Yasudahlah daripada ngga ada usaha sama sekali, semoga Tuhan berbaik hati. Doa Agam dalam hati.


pic; pinterest
Share:

0 comments:

Post a Comment