Kayana
“Mba Kayana sudah siap pesan?” Suara
pramusaji mengagetkan Kayana yang sedang fokus dengan buku bacaannya yang harus
ia buat review-nya, terlalu fokus
hingga lupa sudah 15 menit berada di café ini namun belum memesan apapun.
Kayana memang terhitung sering mengunjungi café ini, hingga pramusaji pun
mengenalnya.
“Aah iya, aku mau pesen latte macchiato.”
“Makanannya ngga sekalian Mba
Kayana?” Tanya pramusaji yang mungkin berpikir bahwa Kayana seperti anak muda
zaman sekarang, yang hanya memesan minuman untuk menumpang berselancar di
internet dengan wifi gratis yang
tersedia di café ini.
“Mau nyelesain kerjaannya dulu nih mas,
nanti aku panggil lagi kalo mau pesan makan.” Balas Kayana dengan senyum
khasnya yang ramah.
“Baik Mba.” Setelah pramusaji
meninggalkan mejanya, Kayana kembali fokus dengan bukunya hingga tidak
menyadari ada seorang laki – laki yang baru datang dan menempati meja di depan
meja Kayana. Tidak persis, hanya terpisah 2 meja namun laki – laki itu masih
bisa melihat Kayana dengan jelas.
10 menit berlalu laki – laki itu
memperhatikan Kayana dengan intens sambil mempersiapkan kameranya, mungkin bila
ada yang memperhatikan maka mereka akan berpikir bahwa laki – laki itu adalah
seorang stalker yang creepy atau paparazzi.
“Mba ini minumannya.” Pramusaji
datang membawa pesanannya.
“Makasih
ya.” Dan saat itu ia menatap mata laki – laki yang sedari tadi
memperhatikannya. Kayana hanya memberinya senyum dan lanjut dengan buku dan review-nya. Menit – menit selanjutnya
berlalu, Kayana merasa diperhatikan hingga sesekali ia melihat ke arah laki –
laki itu. Untuk menghalangi pandangannya Kayana mengeluarkan laptop untuk
membuat review dari poin – poin yang
telah ia buat di kertas, untuk dikirimkannya ke penanggung jawab.
30 menit kemudian Kayana merasa tanggung jawab-nya sudah selesai dan
siap dikirimkan ke Mas Danu si penanggung
jawab melalui e-mail. Sambil
menunggu halaman e-mailnya terbuka ia
melihat ke arah laki – laki tadi yang sekarang sedang sibuk menggambar sesekali
melihat ke kameranya.
Setelah
halaman e-mailnya terbuka Kayana
kembali menyelesaikan urusannya dan bersiap meninggalkan café. Ia melewati meja
laki – laki itu dan sempat bertatapan, Kayana pun hanya tersenyum. Dan tanpa diketahui, senyumnya tidak bisa hilang diingatan laki – laki itu.
0 comments:
Post a Comment