Friday, September 14, 2018

ALEGRA [END]



“Nih hazelnut muffin dan iced lemon tea kamu.” Rega membawa nampan berisi pesanan mereka pada Sabtu sore ini, di tempat favorit mereka. Revue menjadi tempat favorit mereka sejak pertama kali mereka lunch bareng dua tahun lalu. Sabtu sore yang tenang dan hangat ini dipilih Rega untuk menanyakan hal sensitif kepada Alea. Ia tidak bisa begini terus, pikirnya.
“Al.” Panggil Rega untuk mendapatkan perhatian Alea yang sedang membaca novelnya sambil mengunyah muffin yang ia belikan tadi.
Yes?
“Aku perlu bicara.” Alea merasa ada yang tidak benar, ia segera menutup novelnya dan memberi perhatian ke lawan bicaranya.
Go ahead.
“Selama dua tahun ini, kamu ngerasa apa ke aku?”
“Maksudnya? Kamu kenapa sih?” Perasaan Alea tidak enak, ia tidak mau membicarakan hal-hal yang mengarah ke situ.
“Aku serius. Kamu nyaman sama aku?” Rega masih meyakinkan dirinya bahwa hari ini ia akan mendapat kepastian.
“Iya, kalo nggak nyaman ngapain selama dua tahun ini aku sama-sama terus sama kam..” Jawaban Alea terputus ketika pertanyaan selanjutnya dilontarkan Rega.
“Kamu sayang aku?”
Seriously Rega, what is wrong with you?
Nothing, I just wanna know. Are you in love with me?Wait what? Rega tahu betul ia tidak suka membahas sesuatu bertemakan cinta. Love is bullshit untuk Alea.
You know I’m not comfortable talking about that thing right, Rega?” Alea menurunkan nada suaranya, suara yang ia gunakan bila tidak nyaman dan tidak suka pada situasi tertentu, salah satunya sekarang.
Okay I’m sorry for bringing this up, but I know you know I love you.And yes she knows it. She knows he’s in love with her, she knows he’ll taking care of her no matter what. She knows he’ll always be there. Alea hanya terdiam, tidak tahu akan menjawab apa.
“Al? Could give the love I deserve?
I did.” Jawab Alea ragu. Karena sesungguhnya ia tidak tahu apa yang ia rasa, apa benar ini cinta yang ia rasakan atahu hanya nyaman karena sudah terlalu lama Rega menemaninya.
If you say so, then would you marry me?
“Wait what? Are you insane? You know I have an issues. Aku susah percaya sama cinta, apalagi pernikahan. Kamu tahu sendiri orang tua ku bercerai, tante ku ditinggakl suaminya selingkuh, sepupu ku korban kdrt. What do you expect?” Alea tidak mengira Rega seperti ini, Alea pikir Rega memahami dirinya. Ternyata dia salah, Rega hanya memikirkan dirinya sendiri.
“Al please, kamu kira aku lupa? You told me that for billion times. You told me they’re failed, tapi itu mereka Al bukan kita.”
“Memang apa bedanya kita dengan mereka? Sebut kamu perlu berapa bulan atahu tahun untuk meninggaklkan aku setelah kita menikah?” Shit. What did I just say. Rega mematung, kaget tidak mengira Alea akan mengucapkan hal bodoh seperti itu.
“Alea Naura Gayatri, did you really say that? You mean it? Selama ini kamu menilai aku sebagai laki-laki yang seperti itu? Really Alea?” Alea tahu Rega sangat marah kepadanya ketika ia menyebutkan nama lengkap Alea, Rega sangat kecewa. Alea hanya bergeming di tempatnya, menunduk tidak berani melihat mata Rega yang sedari tadi menatapnya.
Okay then I leave it to you here, I’m done. I still waiting for you, but this time I don’t know for how long. Take care.” Rega menyerah, ia pikir tidak ada artinya lagi memperjuangkan seseorang yang tidak percaya pada Rega, bahkan pada seseorang yang tidak percaya akan dirinya sendiri. Alea hanya menangis tertunduk sepeninggakl Rega dari tempat duduknya.

Esok paginya Alea terbangun karena gedoran pintu apartemennya yang tidak kunjung berhenti, siapa lagi kalau bukan Kenzo dan Vina yang menggaknggunya pada minggu pagi seperti ini.
“Gue telfon Rega nanyain kenapa hp lo mati tapi kenapa dia bilang dia nggak tahu? He said he’s not with you anymore?
Dang girl! You look like shit!” Cerocosan dua sahabatnya ini saling bersahutan seketika ia membuka pintu.
            Take a seat, would you? I’ll explain.” Jawab Alea malas sambil berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan minum untuk teman-temannya.
            So why he said he’s not with you anymore?” Tembak Vina tidak sabaran ketika Alea menghampirinya sambil memberikan minum.
            What do you mean not with me anymore? We’re not like together, we’re just… friends. Remember?” Dia tahu penjelasannya adalah penjelasan terbodoh yang pernah ia ucapkan, ia tahu hubungannya dengan Rega lebih dari teman but less than a couple.
            “Al, honey seriously? Stop lying to yourself dear.” Sambar Kenzo sambil menyilangkan kakinya yang menggunakan celana super skinny berwarna hijau metalik yang bikin sakit mata pagi-pagi.
            Yes, setuju. Coba kali ini lo jujur ke diri lo, lo butuh Rega kan? Selama lo sama Rega gue juga liat lo berangsur-angsur jadi lebih happy nggak kaya sekarang gini, muka lo nggak ketolong, menyedihkan.”
            “Tapi kan kalian tahu gue..”
            Yes we knew you have a commitment issues. Tapi lo juga mesti paham, setiap komitmen yang dibangun itu tergantung siapa yang membangun dan gimana cara mereka menjaganya. Bukan berarti karena beberapa orang gagal dalam berkomitmen maka lo juga gagal, you’re not them and they’re not you as well.” Ucapan Vina membuat Alea tidak bisa menahan air mata yang sejak semalam ia tahan karena tidak mau menangisi Rega dan hidupnya yang menyedihkan.
            “Dan gue yakin lo sudah bisa menilai Rega orang yang seperti apa, gue yakin kalau Rega bukan orang yang lo percaya lo nggak akan sama-sama dia terus selama dua tahun ini. Tapi nyatanya lo terus sama-sama kan? You know what I mean.” Sambar Kenzo sambil mengusap punggung Alea yang semakin tersedu-sedu.
            “Tapi kemarin sore gue ngomong hal yang mungkin bikin Rega sakit hati sama gue, yang mungkin Rega sekarang benci sama gue. Bahkan gue benci diri gue sendiri karena bilang kaya gitu ke Rega, karena gue tahu dia bukan orang seperti itu. Tapi gue tetap menyakiti Rega.” Alea terus berkicau tanpa henti di dalam tangisnya yang semakin menjadi. Dua sahabat Alea pun hanya bisa mendengarkan dan mencoba menenangkan Alea yang terlihat menyedihkan. Baru kali ini dua sahabatnya melihat Alea setidak berdaya ini karena seorang laki-laki.
            Setelah Alea tenang, Vina memberanikan diri untuk bertanya  keputusanya.
            So you have the answer?” Alea hanya mengangguk dan berdoa di dalam hatinya agar keputusannya tidak menjadi keputusan yang salah.
            Good girl! Sekarang boleh nggak lo mandi? Gue nggak mau punya sahabat gembel gini.” Tembak Kenzo yang disambut dengan lemparan bantal sofa oleh Alea.

Alea Naura Gayatri:
Bisa ketemu besok sore di Revue?
Rega Aksa Mahendra:
Ada apa? Aku ada meeting.
Alea Naura Gayatri:
Yasudah aku tunggu sampai meeting kamu selesai di Revue.

            Pesan singkat yang masuk pada minggu malam ini membuat Rega tidak bisa tidur. Ia tidak mau berharap bahwa besok Alea akan membawa berita bagus, tapi ia juga tidak bisa membayangkan bila Alea membawa berita buruk yang akan lebih menyakiti hatinya. Ia sudah cukup sakit hati dengan perkataan dan penolakan Alea sabtu itu.
            Alea sampai di Revue pukul 5.30 sore dengan masih mengenakan setelan baju kantornya menunggu sampai orang yang ingin ditemuinya muncul sambil menenangkan diri dengan hazelnut muffin dan chamomile tea nya. Satu jam kemudian Rega muncul juga dengan masih mengenakan setelan baju kantornya namun dengan lengan kemejanya yang sudah tergulung sampai siku.
            Sorry udah nunggu lama ya?” Tanya Rega basa-basi dengan nada datarnya yang membuat Alea ragu apakan pertemuan ini harus dilanjutkan atahu tidak.
            It’s fine. Gimana meetingnya?” Kikuk Alea menanyakan pertanyaan yang basi bagi mereka.
            It went well. Jadi kamu nyuruh aku ke sini cuma mau nanya tentang ini aja?”
            “Enggak. Sabar kenapa sih. Ada yang perlu aku bicarakan.”
            Go ahead.” Alea merasa déjà vu namun kali ini dengan perasaan yang lebih tenang. She hopes.
            I know I was an asshole earlier, that day, you know. I apologize.” Alea berhenti bicara untuk mencari ketenangan di mata Rega, tapi tidak ia temukan. Hanya sorot mata Rega yang kosong dan mematikan yang dilihatnya kali itu. Rega masih terlihat dingin.
            “Sudah minta maafnya? Kalau sudah aku mau pul..”
            “Kamu bisa dengerin aku dulu nggak? Kenapa jadi nggak sabaran banget sih?” Ucap Alea kesal karena merasa Rega terus membuatnya salah tingkah, grogi. Rega pun kaget melihat Alea yang tiba-tiba meledak seperti itu.
            “Aku juga tahu selama ini aku menjadi orang yang menyedihkan dan kejam. Hanya menerima perhatian yang kamu kasih tanpa memberi perhatian lebih ke kamu. Tapi aku sendiri juga belum bisa berdamai sama diriku sendiri, terlalu sulit.” Air mata Alea kembali mengaliri pipinya. Namun Rega tetap tidak bergeming.
            Ia hanya menatap Alea sambil berkata datar “Kalau kamu mau nolak aku untuk kedua kalinya, aku nggak sanggup Al. I’m sorry. Lebih baik aku pulang, aku menghargai keputusan kamu kok it’s okay. Memang bukan aku yang kamu butuhin.”
God dammit Rega! Sejak kapan kamu jadi cerewet dan suka mengambil kesimpulan sendiri seperti itu sih? I’m not finished yet! Just listen!
“Buatku berdamai dengan diriku sendiri itu sulit Ga, berdamai dengan melihat keluarnggaku yang hancur, melihat orang-orang yang gagal berkomitmen itu sulit. Sulit buat aku. Tapi aku baru sadar selama dua tahun ini aku nggak merasa sesulit ketika melihat itu semua sendiri, aku bisa sedikit tidak memperhatikan mereka karena kamu.” Kalimat terakhir yang diucapkan Alea membuat Rega terkesiap tidak percaya. Matanya kembali menawarkan kehangatan seperti biasa, bukan sedingin es sejak tadi ia duduk di hadapan Alea.
I’m so sorry if I’m not a perfect person, if I have some flaw. But I know I love you, I really do. I’m sorry.
Stop saying sorry Al, you don’t have to say it. I love you too, with all of your flaw. Tangis Alea kembali pecah mendengar ketulusan Rega yang mencintainya sebegitu besar.
“Jadi tawaran kamu yang kemarin masih berlaku?” Tanya Alea malu-malu di dalam tangisnya. Rega tertawa mendengarnya, tawa yang membuat hati Alea menghangat. Tawa itu kembali.
“Kamu pikir aku mau menikah sama cewek ingusan kaya kamu sekarang? Sorry, no way!” Canda Rega mengusili Alea yang masih mencoba berhenti dari sisa-sisa tangisnya.
“Nih hapus dulu air mata sama ingusnya, jelek tahu. Diliatin orang-orang tuh, disangka aku penjahat bikin anak orang nangis.” Ledek Rega sekali lagi sambil memberikan Alea sapu tangannya. Alea hanya melototi Rega yang sekarang sudah berpindah duduk menjadi di sampingnya dan memeluknya erat.
“Terus kaya gini ya Ga, be my number one support system would you?” Masih dalam dekapan Rega, Alea mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini keputusan yang benar.
I will, my lady. Aku harus bilang apa lagi biar kamu percaya? Ngegombal?”
“Emang kamu bisa ngegombal?” Tidak yakin seorang Rega bisa menggombal, Alea menatap Rega dengan tatapan menantang.
“Bisa!”
“Mana coba?”
“Jangan bilang ada yang menyakitimu, besok orang itu akan hilang!” Mereka tertawa, diramainya senin sore.
“Itusih kamu dilan-da ke-ngacoan! Nggak kreatif!” Senin sore yang hiruk pikuk dengan kendaran dan orang-orang yang ingin kembali beristirahat dari segala urusannya, dan di sini Alea kembali beristirahat. Di pelukan Rega, laki-laki yang sangat mencintai dan dicintainya.



Share:

ALEGRA [1]



Dua tahun sudah sejak awal pertemuan Alea dengan laki-laki yang selalu ada untuknya itu, Alea dan Rega menjalani hubungan yang rumit. Sesunggunya saat itu Alea tidak berharap dapat mengenal Rega, karena saat itu Alea sedang dalam masa sulit ketika mengetahui orang tuanya ingin bercerai, dunianya terasa runtuh, bumi terasa berhenti berputar hinggak beberapa bulan ia masih merasa dunai tidak adil untuknya. Alea pun memutuskan untuk tinggakl sendiri di apartemennya daripada harus memilih tinggakl bersama salah satu dari orang tuanya.
            Terlepas dari hidupnya yang sendu, sebenarnya Alea masih memiliki support system yang menyayangi dia yaitu 2 sahabatnya, Kenzo dan Elvina, dan berkat mereka juga lah Alea mengenal Rega. Malam itu ia ditelepon oleh Elvina untuk menemaninya menghadiri sebuah acara pesta kerabat orang tua Elvina.
“Ayolah Al, sebentar aja janji. Abis itu gue anter lo pulang.”
“Vin, lo kan tahu gue nggak suka acara kaya gitu. Lagian kan ada Kenzo, raja dangdut yang demen pesta.”
Please Al, lo tega gue bakal dipermalukan Kenzo sendirian dengan tingkahnya kalau-kalau dia mabuk di sana? Lo tahu kan di sana isinya orang penting semua. Mau digantung kaya apa gue sama nyokap bokap kalo tahu gue mempermalukan meraka?”
Alea membayangkan apa yang akan terjadi bila omongan sahabatnya itu benar-benar terjadi membuatnya meringis dan terkikik sekaligus.
“Kok lo malah ketawa sih Al! Mau ya temenin gue?”
“Ya, oke. Janji cuma sebentar.”
Yes! I promise! Eh tapi kalau ada halangan nggak apa-apa ya lama dikit.” Alea mengerlingan matanya yang sudah pasti tidak dapat dilihat sahabatnya.
You wish!” Balas Alea yang disambung oleh tawa Vina. Alea tahu betul apa halangan yang dimaksud Vina, apalagi kalau bukan laki-laki tampan yang selalu masuk perangkap Vina dan sudah pasti hubungannya tidak akan berlangsung lama.

Dua setengah jam berikutnya Alea sudah berada di dalam ballroom yang dipenuhi orang-orang berpengaruh se-Indonesia dan dihias sedemikian cantiknya untuk malam ini. Alea pun tidak kalah cantik, ia menggunakan little black dress yang dipadukan oleh heels dengan tinggi berbelas-belas sentimeter yang membuat tubuhnya semakin terlihat semampai, rambut yang dibuat bun asal namun tetap rapi dan pulasan make up malam yang terlihat sederhana namun tetap memberi kesan glamour. 
“Nih buat lo dan lo.” Vina yang datang dengan membawa minuman itupun tidak kalah cantiknya oleh Alea.
Thanks. But you know i’m not drink alcohol anymore, right?
Yup, I know. Just for tonight, enjoy it. Would you?
“Al please deh nggak usah sok tua gitu deh, lagian besok juga libur. Lo mau ngapain lagi sih emang selain hangover?” Samber Kenzo dengan gayanya yang super stylish dan nyentrik itu sambil menyeruput minuman yang diberikan oleh Vina. Ya sebenarnya Alea bukan wanita yang terlalu saint hinggak tidak lagi minum minuman beralkohol, hanya saja ia sedang mengurangi dan hanya minum pada waktu-waktu tertentu.
Sorry, Vina is that you?” Seketika mereka bertiga berhenti bercakap-cakap dan menengok ke arah suara berat dari laki-laki yang menghampiri mereka.
Oh my God! Evan!” Kehadiran laki-laki itupun disambut hangan oleh Vina, yang ditebak Alea sebagai salah satu teman Vina. Alea dan Kenzo hanya tersenyum canggung merasa berada di tengah-tengah reuni orang lain.
Oops sorry gue sampe lupa ngenalin. Alea, Kenzo ini Evan, Evan ini Alea dan Kenzo.” Alea pun menyambut jabat tangan Evan dengan tersenyum dan memperkenalkan diri. Betul tebakan Alea, Evan adalah teman semasa kuliah Vina saat mereka berkuliah di Australia.
“Oh ya gue juga lupa ngenalin teman gue, kebetulan gue dateng ke sini nggak sendiri. Sebentar gue cari orangnya.” Evan celinnggak-celinguk mencari teman yang menemaninya datang ke sini, hinggak Evan melambaikan tangan ke sosok yang menghampiri mereka. Laki-laki bertubuh atletis, bermata coklat, dan memiliki senyum yang manis.
“Nah ini teman gue, Rega kenalin ini Vina dan Alea.” Alea, Kenzo dan Vina pun menyambut jabatan tangan Rega dan disusul dengan percakapan hangat mereka. Waktu sudah menunjukkan pukul 10, hinggak Alea memutuskan untuk pamit.
“Vin, gue balik duluan ya. Is it okay?” Tanya Alea ketika Evan dan Rega sedang berbincang tanpa Alea dan Vina.
“Eh kok gitu? Balik sendiri? Tunggu gue bentar lagi deh. Atahu balik sama Kenzo.”
“Idih masa seorang Kenzo jam segini udah balik, nggak seru ah!” Cerocos Kenzo yang tidak terima karena disuruh menemani Alea pulang.
“Iya Ken gue paham! Udah sana lanjut mabuk, biar bisa bikin Vina malu!” Balas Alea yang disambut pelototan Vina takut-takut Kenzo benar-benar membuatnya malu. Alea hanya terkekeh melihat muka panik Vina dan Kenzo tidak peduli dan tetap melanjutkan malamnya.
“Lagian ini ada Evan masa mau lo tinggakl? Lo udah lama kan nggak ketemu dia. Udah nggak apa-apa gue naik taksi aja.” Jelas Alea sekali lagi untuk izin pulang.
“Siapa yang mau naik taksi?” Ternyata Evan dan Rega sudah memperhatikan mereka sejak tadi.
“Ini Van, Alea mau balik duluan.” Vina menjelaskan sambil membuat muka bete ke arah Alea.
“Iya gue balik duluan nggak apa-apa ya, see you.” Baru saja Alea ingin melangkahkan kakinya ke arah sign bertuliskan exit ketika seseorang memanggilnya.
“Al tunggu! Gue juga mau balik, gimana kalau gue anter aja? Lagian udah malam juga, yuk?” Rega mengusulkan ide yang disetujui oleh Kenzo, Vina dan Evan secara bersamaan.

“Aduh gue jadi ngerepotin gini ya Ga? Lo bakal malam banget pasti sampe rumah kalo jam segini aja masih macet kaya gini.” Alea memecah keheningan ketika mobil Rega berhenti sejajar dengan mobil-mobil lain yang terkena macet.
“Santai aja Al, kalau lo mau tidur juga nggak apa-apa. Nanti gue bangunin kalau sudah sampai.” Rega mengusulkan ide yang sangat ingin ia setujui karena kepalanya mulai berat, ia rasa karena alcohol tadi. Rega pun mengambil hp nya untuk memasukkan alamat apartemen Alea pada aplikasi penunjuk arah.
“Nggak usah pake maps Ga, gue nggak tidur kok.” Walau sebenarnya ia menahan kantuk setengah mati, apalagi jalanan masih belum bersahabat. Menit-menit selanjutnya dihabiskan mereka mengobrol mengenai apapun. Alea bercerita tentang pekerjaannya, kantornya, betapa konyol teman-temannya yang kadang disambut tawa oleh Rega. Alea tidak mengira mengobrol dengan orang baru bisa senyaman ini, dan ia merasa senang ketika mendengar Rega tertawa karena ceritanya.

Sejak saat itulah Alea dan Rega menjadi seperti sepasang kekasih, iya seperti. Karena sebenarnya mereka pun tidak tahu hubungan mereka disebut apa. Rega tidak pernah meminta Alea menjadi kekasinya, begitupun Alea yang hanya menginginkan hubungan seperti ini karena trauma yang Alea miliki. Ia pun telah menceritakan trauma yang ia miliki kepada Rega, ntah karena Rega tahu akan hal ini atahu bukan sehinggak ia tidak meminta Alea sebagai kekasihnya.

Share:

Wednesday, April 19, 2017

BERTEMU LAGI [END]


2 minggu kemudian
Kayana
            Akhirnya bisa ke sini cuma untuk nikmatin kopi dan suasana. Kayana kembali ke café kesukaannya, tempat yang 2 minggu lalu ia singgahi untuk menyelesaikan kerjaannya yang sudah deadline. “Mas!” Panggil Kayana ke salah satu pramusaji.
            “Mau pesen apa Mba Kayana?” Tanya pramusaji, ramah.
            “Seperti biasa aja mas, latte macchiato.”
            “Baik mba. Ohiya ada titipan buat mba Kayana. Saya ambilkan dulu ya.” Lanjut pramusaji yang membuat Kayana bingung, karena seingatnya semua teman – temannya tahu alamat rumahnya atau at least punya contactnya untuk menghubungi menanyakan alamat rumah bila ingin mengirimkan sesuatu.
            “Ini mba titipannya.” Pramusaji itupun kembali dengan memberikan sebuah amplop coklat, polos tanpa informasi pengirim  yang tertempel.
            “Dari siapa ya mas?” Tanya Kayana bingung.
            “Wah saya kurang tahu mba, lupa juga nanyain namanya. Maaf ya mba. Saya juga lupa ciri – ciri jelasnya karena udah semingguan juga titipannya mba, yang jelas dia laki – laki hehe.”
            “Ooh gitu yaudah ngga apa – apa, makasih ya.”
            “Iya mba, sama – sama.” Setelah pramusaji meninggalkan mejanya, Kayana mulai membuka amplop coklat tersebut karena sangat penasaran apa isinya. Siapa yang mau mengirimkan sesuatu buatnya hingga dititipkan di café ini pikir Kayana sambil mengambil sesuatu di dalam amplop tersebut.
            Foto dirinya dan surat.
            Kayana tertegun melihat foto dirinya, 2 minggu yang lalu sedang membaca di salah satu meja café ini. Di belakang fotonya tertulis:
            “alone, by herself
 drown in her book
and set me free.”
Laki – laki itu yang telah mengiriminya amplop coklat ini. Laki – laki yang 2 minggu lalu duduk terpisah 2 meja di depan meja Kayana. Laki – laki yang memperhatikannya, laki – laki yang tidak bisa melupakan senyum Kayana.
Kayana tersenyum melihat foto dan tulisan itu. Ia pun beralih dan membaca suratnya.
“Hei, sebelumnya aku mau minta maaf karena sudah ngga sopan mengambil foto kamu tanpa seizin dari kamu. Hari itu aku sebenarnya sedang mengalami ya bisa dibilang idea block. Aku buntu, ngga tau mau motret apa, ngga dapet angle yang pas untuk memotret, dan ngga tau mau gambar apa. Tapi saat aku masuk ke café ini dan lihat kamu sedang membaca dan rasanya kamu seperti berada di dunia kamu sendiri. Aku merasa harus mengabadikannya. Aku ngga tahu kenapa, aku cuma tau aku melakukannya.
Dan saat itu idea block ku pun perlahan hilang, ntah ke mana. Aku membuat sketch dari foto kamu dan setelah itu somehow semua sudut di café ini bisa aku jadikan objek fotoku. Ooh ya satu lagi, aku udah hapus foto kamu dari kameraku jadi kamu ngga perlu khawatir fotomu aku salah gunakan. Hanya tersisa 1 foto yang sudah aku cetak dan sketch yang akan aku pamerkan di pameran, semoga kamu ngga keberatan. Kalo kamu mau lihat pamerannya, lokasinya di Jl Senopati No 116. Jumat, 24 Februari pukul 4 sore.
Aku ngga tau  kamu baca surat ini sebelum tanggal 24 atau sesudahnya, aku berharap kita bisa bertemu lagi di tanggal 24 ataupun bukan. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih karena sudah menjadi inspirasi.

Salam,
Agam.”
            Kayana tersenyum, terharu. Rasa – rasanya ia tidak pernah menjadi inspirasi seseorang dan tanpa ia sadari hanya duduk dan membaca  dapat menjadikan dirinya sebagai inspirasi orang lain.
Ya, semoga kita bertemu lagi. Doa Kayana dalam hati. Hp nya bergetar membuyarkan kekaguman yang sedang ia rasakan, sms masuk. Dan ia pun dibuat terpaku, bukan karena sms yang masuk namun saat melihat tanggal di hpnya. Ia tersenyum dan meningalkan café, pergi ke tujuannya yang baru.
Jumat, 24 Februari 2017.
16.00

Agam
            Pukul 16.30 sudah, studio yang setahun lalu resmi menjadi milik Agam dan kawan – kawannya terasa ramai dan hangat. Studio ini memang biasa mengadakan pameran, minimal 1 kali dalam setahun. Semua yang ingin memamerkan karyanya boleh ikut mendaftar. Kawan – kawan Agam pun setuju, jadi sejak setahun lalu studio ini semakin ramai.
            Tapi di dalam keramaian itu Agam masih mencari – cari seseorang, masih berharap seseorang itu datang. Masih berdoa ia akan bertemu wanita itu lagi.
            “Ngapain lo ngeliatin ke luar mulu?” Adrian, salah satu teman Agam membuyarkan lamunannya, dan saat itu sebuah taksi berhenti di depan studionya. Seorang wanita yang ia harapkan, turun dari taksi dan menuju pintu masuk studionya. Agam terlonjak dan buru – buru merapihkan penampilannya dan menuju pintu masuk.
            “Woi Gam! Ngga jawab pertanyaan gue main lari aja lo!”
            “Sst! Berisik!” Seru Agam sambil berlari kecil ke arah pintu. Waktu yang ditunggu – tunggu ia pun akhirnya datang. Wanita itu lagi, yang senyumnya masih ia ingat. Mereka pun bertatapan, Agam merasa tiba – tiba suhu di sekitarnya lebih hangat dari sebelumnya.
            “Hai, kamu Agam?” Tanya wanita itu dengan senyumnya yang ramah. Senyum yang tiba – tiba membuat suara Agam tidak mau keluar.
            “Sorry aku salah orang ya?” Tanya wanita itu lagi, merasa pertanyaan sebelumnya tidak dijawab pikir ia salah orang.
            “Ooh ngga kok! Aku Agam.” Balas Agam, sambil tersenyum dan mengajak untuk berjabat tangan.
            “Hei! Aku Kayana.” Ya wanita itu adalah Kayana. Kayana pun membalas jabatan tangan Agam. “Aku mau bilang makasih buat titipan ini.” Sambung Kayana.
            “Kamu ngga perlu bilang makasih, justru aku yang harusnya minta maaf ke kamu. Anggep aja itu sebagai permintaan maaf aku.” Jawab Agam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Akhirnya kita bertemu lagi.

2 minggu sebelumnya
Agam
            Gimana caranya gue kirim amplop ini kalau gue ngga tau alamatnya? Jangankan alamatnya, namanya aja gue ngga tau. Gerutu Agam sambil melihat amplop coklat yang ia pegang sedari tadi. Agam ingin sekali mengirimkan amplop ini ke wanita yang ia foto dan sketch seminggu yang lalu. Agam merasa bersalah karena telah memotret wanita itu tanpa izin darinya.
            “Dri, gue ke luar bentar ya. Cari angin.” Izinnya kepada Adrian, salah satu kawan dekatnya. Agam pun membawa mobilnya melaju di sore hari kota Jakarta. Menyusuri jalanan kota Jakarta, tanpa tujuan dan masih memikirkan bagaimana caranya mengirimkan amplop ini kepada wanita itu. Rokok pun dinyalakannya saat mobilnya berhenti terjebak macet. Sekali dua kali tarikan dan hembusan asap rokok ia ulangi dan tetap masih memikirkan bagaimana caranya. Hingga tidak sengaja ia menatap keluar jendela dan melihat café yang seminggu lalu ia singgahi, tempat yang sama ia bertemu wanita itu.
            Agam dengan semangat mengambil jalur kiri dan memarkirkan mobilnya di depan café  itu. Ia mengingat – ingat pramusaji yang dirasa cukup kenal dengan wanita itu. Ia menyisir setiap sudut café untuk mencari pramusaji itu. Tak lama ia melihat pramusaji itu sedang membersihkan meja di sudut café.
            “Mas, sorry ganggu ngga ya?” Agam menghampiri pramusaji itu dan menyapanya.
            “Ooh ngga mas, ada yang perlu dibantu?” Jawab pramusaji dengan ramah.
            “Iya sebenernya saya perlu bantuan, saya cuma mau titip amplop ini buat perempuan yang seminggu lalu duduk di meja sana mas.” Tunjuk Agam ke meja yang seminggu lalu ditempati wanita itu.
            “Aduh mas pengunjung di sini banyak dari seminggu yang lalu, saya ngga ingat.” Pramusaji kebingungan dengan permintaan Agam yang memang tidak masuk di akal.
            “Bentar mas, ini saya ada fotonya.” Agam tidak putus asa dan masih berusaha. Ia menyodorkan foto wanita itu ke pramusaji, berharap pramusaji mengenalnya.
            “Ooh mba yang ini, ya boleh titipkan aja sama saya. Nanti saya sampaikan kalo mbanya datang ke sini lagi.” Senyum pramusaji sambil menerima amplop dari Agam.
            “Bener mas? Terimakasih banyak ya mas.” Senyum sumringah Agam tersimpul sambil dijabatnya tangan pramusaji erat – erat.
            “Iya sama – sama mas, yasudah saya balik kerja lagi ya mas. Permisi”

          Selesai urusannya dengan amplop itu. Setidaknya ia masih punya harapan, walau terhitung kecil. Yasudahlah daripada ngga ada usaha sama sekali, semoga Tuhan berbaik hati. Doa Agam dalam hati.


pic; pinterest
Share:

Monday, February 27, 2017

BERTEMU LAGI [PART 1]


Kayana

            “Mba Kayana sudah siap pesan?” Suara pramusaji mengagetkan Kayana yang sedang fokus dengan buku bacaannya yang harus ia buat review-nya, terlalu fokus hingga lupa sudah 15 menit berada di café ini namun belum memesan apapun. Kayana memang terhitung sering mengunjungi café ini, hingga pramusaji pun mengenalnya.
            “Aah iya, aku mau pesen latte macchiato.”
            “Makanannya ngga sekalian Mba Kayana?” Tanya pramusaji yang mungkin berpikir bahwa Kayana seperti anak muda zaman sekarang, yang hanya memesan minuman untuk menumpang berselancar di internet dengan wifi gratis yang tersedia di café ini. 
            “Mau nyelesain kerjaannya dulu nih mas, nanti aku panggil lagi kalo mau pesan makan.” Balas Kayana dengan senyum khasnya yang ramah.
            “Baik Mba.” Setelah pramusaji meninggalkan mejanya, Kayana kembali fokus dengan bukunya hingga tidak menyadari ada seorang laki – laki yang baru datang dan menempati meja di depan meja Kayana. Tidak persis, hanya terpisah 2 meja namun laki – laki itu masih bisa melihat Kayana dengan jelas.
            10 menit berlalu laki – laki itu memperhatikan Kayana dengan intens sambil mempersiapkan kameranya, mungkin bila ada yang memperhatikan maka mereka akan berpikir bahwa laki – laki itu adalah seorang stalker yang creepy atau paparazzi.
            “Mba ini minumannya.” Pramusaji datang membawa pesanannya.
“Makasih ya.” Dan saat itu ia menatap mata laki – laki yang sedari tadi memperhatikannya. Kayana hanya memberinya senyum dan lanjut dengan buku dan review-nya. Menit – menit selanjutnya berlalu, Kayana merasa diperhatikan hingga sesekali ia melihat ke arah laki – laki itu. Untuk menghalangi pandangannya Kayana mengeluarkan laptop untuk membuat review dari poin – poin yang telah ia buat di kertas, untuk dikirimkannya ke penanggung jawab.
            30 menit kemudian Kayana merasa tanggung jawab-nya sudah selesai dan siap dikirimkan ke Mas Danu si penanggung jawab melalui e-mail. Sambil menunggu halaman e-mailnya terbuka ia melihat ke arah laki – laki tadi yang sekarang sedang sibuk menggambar sesekali melihat ke kameranya.
Setelah halaman e-mailnya terbuka Kayana kembali menyelesaikan urusannya dan bersiap meninggalkan café. Ia melewati meja laki – laki itu dan sempat bertatapan, Kayana pun hanya tersenyum. Dan tanpa diketahui, senyumnya tidak bisa hilang diingatan laki – laki itu.

pic from pinterest


Share:

Thursday, September 8, 2016

lebih baik


"all i want is nothing more, to hear you knocking at my door. cause if i could see your face once more, i could die a happy man i'm sure."

lagu yang mengingatkanku kepada mu mengalun indah dari pengeras suara cafe, di mana aku sedang menikmati kopiku sekarang.

ingatanku terlempar ke belakang, di saat semua baik-baik saja, di saat kamu masih sering menyapaku, di saat kamu menjadi pendengar terbaikku, di saat kita mengobrol mengenai apapun, hingga lupa akan tidur.

"when you said your last goodbye, i died a little bit inside. i lay in tears in bed all night, alone without you by my side."

tapi kamu tidak pernah mengatakan "selamat tinggal" kepadaku.

aku keheranan, bertanya-tanya kepada diriku sendiri. apa aku membuatmu marah? apa aku telah mengatakan hal yang salah? apa aku melakukan sesuatu yang menyakitimu?

tapi aku tidak ingat.

"but if you loved me, why'd you leave me. take my body, take my body"

aku tidak ingat apa aku telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuatmu marah.

kamu hanya pergi, begitu saja.

"all i want is, and all i need is. to find somebody, i'll find somebody. like you."

dan ingatanku kembali pada diriku seutuhnya, di cafe ini. aku hanya tersenyum, memaafkanmu, memaafkan diriku sendiri. meyakinkanku bahwa semua yang telah kita lalui bersama adalah sebuah pelajaran, sebuah kenangan yang tetap tinggal di masanya.
dan satu hal lagi, aku meyakinkan diriku untuk tidak mencari seseorang sepertimu seperti penggalan lirik di lagu itu.

terima kasih atas sebuah pelajarannya
aku akan menemukan seseorang yang lebih baik dari mu.

Song by Kodaline - All I Want




Share:

Wednesday, August 31, 2016

[REVIEW] GULACO YUMMY LIP SCRUB & MOISTE LIP BALM!


HALLO  readers! Kali ini aku mau review 2 produk favorite aku yang amat sangat useful, yaitu YUMMY LIP SCRUB dan MOISTE LIP BALM dari GULACO.

First of all aku mau jelasin kondisi bibirku, jadi kondisi bibir aku itu sangat kering sampai pecah – pecah. Bahkan kalo aku pakai liptint pun bibirku tetap pecah – pecah jadi apalagi pake lipstick yang matte. Sebelumnya aku udah pake macem – macem produk buat chapped lips, seperti Nivea Lip Butter, Vaseline Petroleum Jelly dan Lip Balm – Lip Balm drugstore lainnya. Tapi hasilnya nihil, bibirku tetap kering dan pecah – pecah setelahnya.

YUMMY LIP SCRUB OCHA
Sampai pada akhirnya aku ketemu 2 produk ini, awalnya aku udah hopeless duluan sih karena produk yang banyak direkomen dari orang – orang aja gak mempan buat bibirku, tapi ya aku pikir apa salahnya mencoba. Jadi pada akhirnya aku order 2 produk ini via web gulaco (sekarang gulaco.net).

Pertama aku pake YUMMY LIP SCRUB (ocha), cara pakainya cukup ambil sedikit scrub lalu diusapkan ke bibir hingga merata dan kalo aku, aku gosok dengan sikat gigi secara perlahan namun gently agar kulit mati di bibirku lebih terangkat, setelah itu aku lap bibir dengan lap yang dibasahi oleh air hangat. Hasilnya bibir aku terasa sangat moist, beda banget dari sebelum aku scrub. Setelah bibirku discrub lalu bibirku aku olesi MOISTE LIP BALM (greentea) di seluruh bibir ku dan aku tinggal tidur, paginya bibir aku sangat sangat lebih moist dari setelah scrub.
MOISTE LIP BALM GREENTEA
Kenapa aku takjub banget karena aku belum pernah ngerasain bibirku segini moistnya, senengnya luar biasa! Karena hasil sekali perawatan aja sudah kaya begitu maka aku terusin perawatan bibirku dengan 2 produk ini. Aku rajin scrub setiap 2 kali seminggu dan setiap malam aku selalu olesi bibirku oleh moiste lip balm (setelah atau tidak scrub) hasilnya bibirku udah gak kering lagi, udah gak pecah – pecah lagi!

Jadi buat kalian yang memiliki masalah chapped lips seperti aku, worth to try banget 2 produk ini. Sangat amat worth it! Besides manfaatnya sangat useful harganya pun sangat affordable, so you can go check their web at gulaco.net or through Instagram @gulaco.


P.S: Mohon Maaf bila foto produk tidak terlalu terlihat karena sudah agak lama dan isi produk sudah habis.


ORDER KE-2
YUMMY LIP SCRUB COFFEE &
 MOISTE LIP BALM CHOCOLATE



Share: